Kesehatan – Diabetes mellitus (DM) sering dianggap sebagai penyakit orang dewasa. Namun kenyataannya, diabetes mellitus juga bisa menyerang anak-anak dan remaja, khususnya DM tipe 1. Meski demikian, menurut data Kementerian Kesehatan, kecenderungan kasus DM tipe 2 juga pada anak juga meningkat.
Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat kejadian diabetes mellitus pada anak usia 0-18 tahun naik 700 persen dalam jangka waktu 10 tahun. Pada 2009, baru ada sekitar 156 laporan anak dengan DM tipe 1, tapi pada 2018 melonjak menjadi 1.213 anak penderita DM tipe 1. Hal ini terungkap dalam media briefing “Anak Juga Bisa Diabetes” di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu (31/10).
Orang tua perlu waspada diabetes pada anak
Dr. dr. Aman Pulungan, Sp.A (K) yang tampil sebagai salah satu pembicara mengungkapkan bahwa para orang tua harus mewaspadai gejala-gejala diabetes mellitus (DM) pada anak. Gejalanya antara lain anak sering haus, lapar, kencing, gatal, dan berat badan menurun drastis. Ketua IDAI ini mengingatkan para orang tua jika ciri-ciri tersebut ada pada anak, segera periksakan ke dokter.
Selain memperhatikan ciri fisik anak, dr. Aman juga menyarankan orang tua untuk memeriksakan gula darah anak saat dia masuk UGD. “Kadar gula darah normal anak itu antara 100 mg/dl sampai 200 mg/dl. Tapi, bila kadar gula darah lebih dari 200 mg/dl itu sudah bisa dikategorikan diabetes,” dia menjelaskan.
Tak hanya itu, dr. Aman mengatakan bahwa anak dengan DM tipe 1 merupakan “anak terpilih”. Menurutnya, siapa saja bisa terkena DM tipe 1 tanpa harus menunggu faktor keturunan. “DM tipe 1 ini dipengaruhi gen tertentu, tapi bukan turunan, penyebabnya adalah autoimun. Anak yang sudah terdeteksi terkena DM tipe 1 harus melakukan suntik insulin setiap sebelum makan,” dia menjelaskan.
Namun begitu, dokter yang juga berpraktik di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, ini mengakui masih memiliki sejumlah tantangan terkait diabetes mellitus pada anak#Diabetes Mellitus,. Di antaranya, bagaimana meningkatkan layanan DM tipe 1 yang berkualitas, menyediakan tenaga medis yang kompeten merawat DM 1, dukungan pembuat kebijakan dalam perawatan diabetes, dan dukungan pihak Kementerian Kesehatan, asuransi, serta farmasi.
“Selain itu ada perasaan belum menerima, malu yang dirasakan orang tua yang anaknya terkena DM. Tentu ini yang menjadi salah satu tantangan kita,” dr. Aman menambahkan.
Pencegahan diabetes mellitus
Berbeda dengan DM tipe 1, DM tipe 2 pada anak biasanya terdiagnosis pada usia pubertas atau lebih tua. DM tipe 2 disertai dengan gejala kulit menjadi lebih gelap di bagian ketiak dan leher karena terganggunya kinerja insulin.
Oleh karena DM tipe 2 diketahui dipengaruhi oleh obesitas, pencegahan dapat dilakukan dengan menerapkan gaya hidup sehat, antara lain sebagai berikut.
- Mempertahankan berat badan ideal. Jika anak memiliki berat badan berlebih, upayakan untuk mengurangi 5 sampai 10 persen untuk mengurangi risiko. Diet kalori dan rendah lemak sangat dianjurkan sebagai cara terbaik.
- Perbanyak konsumsi buah dan sayur.
- Kurangi minuman manis dan bersoda.
- Aktif berolahraga, setidaknya 30 menit sehari. Selain itu, berolahraga dapat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan insulin.
- Batasi waktu penggunaan gawai (gadget).
Diabetes mellitus merupakan penyakit tidak menular yang tidak dapat disembuhkan. Akan tetapi, dengan kontrol metabolik yang baik, anak dapat tumbuh dan berkembang secara baik selayaknya anak-anak lainnya. Yang perlu dilakukan orang tua adalah mengupayakan kadar gula anak dalam batas normal atau mendekati normal. Hal itu tentu dapat dicapai dengan menerapkan gaya hidup yang sehat dan aktif. (rs/rvs)